Minggu, 20 Juli 2014

Jangan lupakan atau jangan (berusaha) melupakan?

     Lupa adalah suatu yang manusiawi. Setiap orang dapat mengalami lupa. Pernah kita mendengar seseorang yang ingin berpisah -untuk waktu yang cukup lama- oleh temannya saling berpesan untuk tidak saling melupakan.

     Ungkapan pesan tersebut bisa berbagai cara. Seseorang tidak ingin melupakan orang yang pernah mengukir kehidupan bersama. Namun seperti ada sesuatu yang kurang tepat pada ungkapan "Jangan lupakan".




     Saya ambil contoh yaitu hari kelulusan. Hampir setiap murid tidak ingin melupakan temannya. Hampir setiap murid juga ingin membuat hari kelulusan itu menjadi hari yang spesial. Kenangan yang telah dialami semasa sekolah ingin dia ingat selalu. Terkadang peristiwa yang membuatnya malu -saat mengalaminya- malah menjadi peristiwa yang sering diingat di kemudian hari.

     Hampir setiap murid berpesan kepada temannya -terutama teman akrabnya- agar tidak saling melupakan satu sama lain. Mungkin saat itu terlihat biasa saja untuk tidak melupakan karena masih dalam saling keadaan bertemu. "Jangan lupakan aku ya.." lalu dijawab "Tenang saja, aku tidak akan melupakanmu kok. Namun apa yang terjadi setelah lama tidak bertemu? Tidak jarang mereka lupa akan kawannya. Inilah sebabnya ada yang kurang tepat dalam ungkapan pada paragraf dua.

     Bagaimana jika ungkapan itu diganti dengan "Jangan berusaha melupakan"? Mungkin akan lebih tepat -meski mungkin tidak semua setuju-. Ungkapan ini lebih tepat karena ia telah berusaha untuk tidak melupakan dan hasilnya bisa jadi ia tetap ingat atau lupa, saya tidak tahu.
    
     So, terserah anda untuk berpendapat seperti apa.

"Lupa itu tidak menutup kemungkinan untuk mengingat kembali"